“Memperoleh
Indonesia merdeka adalah kewajiban yang terluhur buat anak negeri Indonesia.”
(Batavia
PPPI 20-23 September 1911)
Demikian
satu kalimat yang ditulis oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia yang saya
temukan di dinding Museum Sumpah Pemuda. Kalimat singkat yang membuat saya
bertanya dalam hati, apakah rasa merdeka sudah dirasakan oleh semua kaum kita?
Ataukah merdeka hanya dirasakan sebagai simbol semata setiap tahunnya? Apakah
merdeka itu hanya dirasakan oleh orang-orang dengan jabatan tinggi di Negara
kita? Yang punya hak dan punya kuasa? Entahlah…
Bagi
saya, kita rakyat Indonesia harus belajar kembali mengenai sejarah, sebuah
perjalanan dan perjuangan panjang yang tidaklah mudah. Perlu kita tahu bahwa
sebuah perjuangan yang kita temukan dalam sejarah, ternyata tidak segampang
menggelapkan uang negara seperti yang sudah biasa dilakukan oleh kaum penguasa.
Saya
sungguh sedih ketika membaca salah satu pesan dari Ki Hajar Dewantara di museum
ini. kata-kata yang membuat saya terdiam mengingat kembali apa yang sudah
terjadi di negara kita :
Sadarkah
kita? Kita perlu belajar dari sejarah, karena sejarah bukan hanya cerita tidur
semata !
Bagi
mereka yang berjiwa pejuang, saya akan coba ajak menelusuri Museum Sumpah
Pemuda, salah satu momentum penting dari rangkaian perjuangan bangsa Indonesia.
Museum ini terletak di Jl. Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat, buka setiap hari
pukul 08.00 – 15.30 WIB.
Pada
awalnya, museum ini adalah rumah tinggal milik Sie Kong Liang, yang didirikan
pada abad ke-20. Rumah ini disewa oleh pelajar stovia (School tot Opleiding
van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool) sebagai tempat tinggal
dan belajar. Saat itu dikenal dengan nama Commensalen Huis. (http://www.museumsumpahpemuda.com/)
Museum
Sumpah Pemuda ini memiliki koleksi tentang sejarah perjuangan kemerdekaan
Republik Indonesia, total koleksi yang disimpan didalam museum Sumpah Pemuda
ini sebanyak 2.867 seperti koleksi foto kegiatan pemuda di masa itu, patung,
stempel, bendera organisasi pemuda, naskah sumpah pemuda, biola milik
W.R.Supratman, Piagam penghargaan, buku-buku, dokumen-dokumen dan masih banyak
lainnya.
Di
museum ini, akan tertera apa saja yang dibicarakan pada saat kongres pemuda I
(15 November 1925), yakni bagaimana semangat para pemuda Indonesia dahulu kala
sebelum kita, mempersiapkan gagasan demi persatuan Indonesia, memperjuangkan
kedudukan strategis wanita bagi hari depan bangsa Indonesia, dan mencari bahasa
persatuan untuk negara kita. Dilanjutkan pula dengan Kongres pemuda II (27
Oktober 1928) yang menyatakan bahwa : “Persatuan Indonesia adalah perkara darah
daging masing-masing, perkara perasaan yang menghidupkan batang tubuh kita. Mau
atau tidak, kita semua masuk terhitung kepada Bangsa Indonesia, mau atau tidak
dalam tubuh kita mengalir darah Indonesia. Jadi insaflah kamu sekalian akan
dirimu, supaya tahu akan pendirianmu. Insaflah kamu sekalian akan badanmu,
supaya kamu tahu akan bangsamu; Insaflah kamu sekalian akan darah daging yang
mengalir di badanmu, supaya kamu tahu akan tumpah darahmu.”
Kadang
kala, saya mulai berpikir lagi. Apa yang sudah kita lakukan untuk Indonesia?
Tidak kah kita mewarisi api sumpah pemuda? Tidak kah kita punya semangat muda
yang sama dengan mereka? ~